Dewasa Bersama Pena

Bismillah...


"Dear Diary..." Kalimat seperti itulah yang memenuhi buku note kecil bergambar Mickey Mouse-ku pada awal karirku di dunia kepenulisan #uhukk, yaitu kelas 3 SD.

Saat itu, menulis diary adalah bentuk curhatan kecilku untuk diriku sendiri. Sedih, senang, galau, semuanya kutuang dalam bentuk tulisan. Bukan berarti aku nggak punya teman, temanku curhatku banyak, hanya saja kurasa menuangkannya dalam bentuk tulisan terasa lebih indah dan eksklusif. Hehe. .

Kelas 6 SD, aku mulai tertarik pada puisi. Saat itu aku memiliki satu buku tulis khusus, yang penuh dengan karya puisiku. Entah apa yang kutulis saat itu. Yang jelas itu adalah puisi-puisi melankolis yang terbesit di hati polos anak SD.

Tahun-tahun berikutnya di Pondok Pesantren, minat menulisku banyak kutuangkan dalam bentuk motifasi untuk diri sendiri, surat-surat curhatku untuk Allah, atau sekedar mengutip hal-hal  menarik dari majalah ke catatan pribadiku. Meskipun yah, awal-awalnya dulu aku sempat menggarap sebuah novel fiksi yang akhirnya kubuang begitu saja saat aku mengetahui keharamannya dalam agama Islam.

Kelas dua SMA, aku menjabat sebagai anggota Qism Dakwah di OSIS Pesantren. Di situ aku dan teman-teman bertanggung jawab penuh mengatur schedule acara Muhadlarah mingguan, penerbitan MaDing, dan lomba karya tulis antar kelas. Disitu aku merasa seneng dan bersyukur banget karena tugas yang aku emban tuh 'aku banget', hehe.

Seiring dengan tersebarnya media sosial di kalangan anak 4lay pada waktu itu, sekitar tahun 2010, aku mulai menulis di Facebook. Aku membuat sebuah akun Facebook khusus sebagai bank tulisanku, tempatku menuliskan semua yang ada di kepalaku. Ga peduli orang tertarik baca atau tidak, tapi setidaknya aku mengambil langkah untuk memberanikan diri muncul di depan layar.

Tahun 2012 saat aku kuliah, aku mulai coba mencolek dunia blog. Cukup banyak hasilnya, tapi sayangnya kebanyakan karyaku masih nongkrong rapi di laptop,  sedikit banget yang aku post di blog tersebut. Kadang karena ga sempat, atau karena memang kurang pede dengan hasil karyaku -kalaupun layak disebut karya-. Akupun sama sekali enggak memperkenalkan blog-ku ke temen-temen. Jadi udah hampir tiga tahun berjalan pun masih aja ga tenar-tenar. Hehehe. Nih linknya, siapa tau ada yang pengen ngintip, klik aja di sini. Udah berdebu dan banyak sarang laba-labanya tuh...  Mangga atuh di-klik :)

Sekarang, pastinya waktu menulisku tak lagi sebanyak saat lajang dan belum beranak pinak, hehehe. Tapi, aku masih ingin menulis, masih ingin tenggelam dalam rangkaian kata dan tumpukan huruf-huruf.

Aku masih tetap ingin mewujudkan cita-citaku sebagai seorang penulis dan editor untuk sebuah majalah Islami, dan semoga kelak bisa juga menulis buku sendiri.
Ilmu dan kemampuanku sangat kecil, aku bahkan belum pernah mengikuti seminar kepenulisan. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin berlatih dan berlatih. Aku mencintai dunia ini, dan aku akan berusaha memanfaatkannya untuk menyebarkan kebaikan. Karena bisa jadi, dengannya aku bisa mendapatkan apa yang aku cita-citakan, who knows... Hehe.

Terakhir -setelah basa basi yang panjang ini-, tak ada gading yang tak retak, apalagi aku bukanlah siapa-siapa dibanding para blogger yang lainnya. Oleh kerenanya aku menanti krisan (kritik dan saran) dari para pembaca semua, karena setiap manusia musti belajar dari kesalahannya.

Syukran, terimakasih, maturnuwun, arigato, gomawo...

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Dewasa Bersama Pena"

  1. Baarakallah fiik Mbak Nemi...sukses ya blognya 👍🏻👍🏻👍🏻
    BTW start up blognya barengan ama abinya Jihan ya...cieeee... So sweet ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fiiki baarakallah. Aamiin, semoga ana rajin ngisinya. Hehehe. Ana masih harus banyak belajar dari anti nih, Rah

      Delete