Cara Mengenalkan Huruf Hijaiyyah Pada Anak Usia Dini (Part 5)

Bismillahirrahmanirrahim...

Setelah membahas mengenai cara mengajarkan anak membaca rangkaian huruf hijaiyyah, saya akan kembali menceritakan pengalaman saya mengajar Jihan belajar al-Qur'an.

_______________________________

Alhamdulillah, sejak Jihan berusia 2 tahun 9 bulan, saya sudah mulai menggunakan buku panduan belajar mengaji Qiroati sebagai media belajarnya. Jadi mulai sekarang, saya tidak lagi berbagi tips step by step seperti artikel-artikel sebelumnya (karena di buku panduan sudah tertulis prosedur pembelajarannya), melainkan sekedar berbagi pengalaman mengajar.
ngaji alquran
via Pixabay
Sebelumnya, mungkin ada yang bertanya, mengapa sih, saya beralih dari belajar mandiri ke buku panduan?

Alasan pertama adalah, buku yang memang diperuntukkan untuk belajar mengaji (anak-anak) lebih sistematis. Dibuat sesuai dengan tahap pemahaman anak.

Ada beberapa jenis metode panduan, sebagian cocok dengan metode A, yang lainnya belum tentu. Jadi dibutuhkan kepekaan orang tua untuk mencari buku mana yang membuat anak nyaman belajar.

Kedua, nantinya toh Jihan akan membaca al-Qur'an atau kitab berbahasa Arab yang ditulis dengan komputer. Jadi saya rasa perlu membiasakan sejak dini.

Ketiga, keterbatasan kemampuan saya menulis, membuat Jihan rancu antara huruf ر  dan د, dan lainnya. Makanya saya pindah ke buku panduan, karena font tulisannya lebih rapi dan jelas, wkwk.


Kapan mulai berpindah ke buku?

Saran saya saat anak sudah menguasai lebih dari setengah dari total seluruh huruf hijaiyyah. Atau saat anak dinilai sudah siap menggunakan buku. Karena kesiapan anak berbeda ya, Bund.

________________________________________

Saat berpindah dari metode lama ke buku, saya memulai pembelajaran dari halaman pertama jilid pra-TK. Tujuannya menjadikannya sebagai ajang murojaah pelajaran lama, sekaligus memberi semangat, "Ini lho, buku baru untuk Jihan".

Karena setiap anak ecxited ya saat dibelikan benda baru, apapun itu.


Dari أَ  hingga دَ  awalnya tidak masalah. Jihan bisa membaca dengan lancar dan benar, karena alhamdulillah dia sudah sangat menguasai materi ini.

Namun, saat mulai masuk ke ذَ, yang kebetulan saat itu belum ia pelajari, ia agak kesusahan. Tantangannya dua, yaitu makhraj (belum bisa ia ucap), dan bentuk (serupa dengan د).

Huruf ز  pun memiliki tantangan yang sama. Terlebih makrajnya hampir mirip dengan ذ. Tapi saya tetap usahakan perlahan-lahan agar ia mengerti.

Kedua huruf yang membuat rancu sering saya ulang-ulang untuk memudahkannya mengingat dengan jelas perbedaannya, meskipun bunyinya di lisan belum berbeda.

Saat ia berhasil melewati huruf غَ, alhamdulillah ia mulai kembali enjoy dan semangat, karena huruf-huruf setelahnya ia kenal dengan baik.

Bersamaan dengan itu, saya pindahkan Jihan ke Jilid satu buku panduan Qiroati, lompat ke pembahasan فَ.

Perbedaan mendasar antara jilid pra-TK dan jilid satu adalah:

1. Ukuran tulisan. Huruf yang ada di jilid satu lebih kecil dari pra-TK. Tentu ini adalah strategi menaikkan level anak secara perlahan.

2. Durasi pembelajaran. Di jilid pra-TK, satu huruf dibahas di 2 sampai 3 halaman. Adapun jilid satu, tiap huruf rata-rata dibahas dalam 1 halaman saja, sebagai metode murojaah cepat.

3. Pelajaran baru. Dalam buku metode pembelajaran Qiroati jilid satu, huruf sambung berharakat fathah mulai diperkenalkan ke anak.
Insya Allah dalam tulisan selanjutnya, saya akan sedikit membahas tips mengajarkan huruf sambung ke anak :).

Catatan penting yang saya sampaikan untuk para orang tua: 
1. Jangan pernah mengajak anak untuk menyerah. Ajarkan dengan cara yang baik, agar timbul kembali semangat belajar.

Ingat, mengajar membaca al-Qur'an adalah sebuah ladang amal bagi kita, insya Allah pahalanya mengalir sampai akhirat nanti.

2. Tidak tergoda untuk melompat halaman, meskipun mungkin terbesit di benak kita, meskipun anak terlihat kewalahan.

Karena bagaimanapun juga, pembahasan yang tertinggal akan terus 'menghantui' di halaman berikutnya, dan menjadi beban.

Yang perlu dilakukan adalah bermanuver, mendapatkan ide segar membuatkan anak 'jembatan keledai', agar dapat lebih mudah memahami.

Tugas pendidik bukan memberi metode instan ke anak didiknya, tapi menggandeng, membimbing, dan menyemangatinya melalui rintangan. Jalan pintas hanya membuat ujian yang dilompati menjelma menjadi bom waktu. 



3. Saya mengambil banyak pelajaran dari seminar ustadzah saya, Ustadzah DR. Sarmini, MA. Beliau tidak pernah meminta anaknya mengulang halaman yang sama meskipun kurang lancar membaca.


Bagi beliau, bila diteruskan ke halaman selanjutnya pun, ia masih akan menemui tantangan yang sama di halaman berikutnya. Jadi secara perlahan ia akan makin matang menguasai, sembari menaikkan level.

Hal ini cukup bisa membuat anak tetap semangat belajar.

Memintanya untuk mengulang dan mengulang dapat menimbulkan rasa minder dan merasa bahwa usahanya sia-sia dan ridak dihargai.

Saya mengambil metode yang sama, bila anak hanya sedikit terbata, saya tetap lanjutkan ke halaman berikutnya, toh ia akan terus latihan. Kecuali bila ia benar-benar tidak bisa menguasai materi, keesokan harinya saya akan membuka halaman yang sama, tanpa memberitahu Jihan bahwa ia sedang mengulang pelajaran kemarin.

Alhamdulillah Jihan masih kecil dan belum terlalu paham dengan angka halaman buku meskipun lembar yang sama diulang, dia belum mengerti. Hehe.

Wallahu a'lam bis shawab. Alhamdulillah.

Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Mengenalkan Huruf Hijaiyyah Pada Anak Usia Dini (Part 5)"

Post a Comment