Auratmu, Bukan Hatimu #SSB*



Bismillahirrahmanirrahim...

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A'raf: 26)

"Ah, saya belum siap, yang penting hijabi (baca: jilbabi) dulu hatinya, orang yang berkerudung pun belum tentu berhijab hatinya."

Basi, itu yang pertama terbesit di pikiran saya ketika mendengar Muslimah wanita ngeles ketika ditanya kapan mau mengenakan hijab. Tampaknya ribuan orang sudah menggunakan alasan seperti itu sejak puluhan tahun silam. Secara tidak langsung, kata-kata ini telah meng-hipnotis banyak muslimah di negeri kita ini, yang akhirnya menganggap bahwa 'Asalkan hatiku bersih, maka gugur kewajibanku untuk berkerudung'.

Kata hijab diambil dari bahasa Arab, dari kata hajaba yang berarti menutup atau menghalangi. Jadi, hijab secara harfiah adalah penutup, atau sebuah penghalang.

Di Indonesia, kata 'hijab' atau 'jilbab' identik dengan busana muslimah yang menutup aurat, baik berupa pakaian maupun kerudung penutup kepala. Bahkan kini istilah hijabers (yang menggambarkan para wanita muslimah berhijab) sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan menjadi trend dengan embel-embel tutorial hijab modis dan sebagainya.

Kembali ke topik awal, sedikit menyentil kalimat 'meng-hijab-i hati'. Secara logika, seorang yang menghijabi auratnya, hatinya memang tak  mengenakan hijab. Dan sebaliknya, orang yang lebih memilih meng-hijabi hatinya dahulu, mustahil segera menghijabi auratnya. Logis? Ya...

Lebih jelasnya begini: orang yang menutup auratnya, hatinya memang terbuka lebar, transparan dan tidak tertutup. Kenapa? Karena hatinya masih bisa memenuhi perintah Allah yang berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 5

Adapun yang hatinya sudah ter-hijab, a.k.a berjilbab, a.k.a mengenakan kerudung, maka ia akan terus mencari berbagai alasan -duniawi- untuk ngeles dari perintah Allah. Naudzubillah min dzalik.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran:8)

Renungkan!
*Orang yang berhijab memang belum tentu baik, namun muslimah yang baik tentu akan memilih berhijab.
*Bukan berarti Muslimah berhijab sudah suci dari dosa, namun setidaknya ia mencoba untuk meminimalisir dosa.
*Dengan hijab, kamu akan dikenal sebagai seorang muslimah yang berwibawa. Tanpa hijab, apa bedanya kamu -wahai wanita yang mengaku bersih hatinya- dengan wanita lain yang gemar berbuat dosa?
*Hai, Shalihah, jangan hijabi (tutupi) hatimu, karena hatimu bukan aurat yang harus ditutup.
*Hai, cantik, segera tutup auratmu, karena dengannya, kau akan makin cantik (di sisi Allah).
*Hijab adalah penutup aurat, ia tak akan menutup kecemerlangan fikiran dan kecerdasanmu, pun ia tak akan menghalangi rezeki yang telah Allah sediakan bagimu.

Sebelum menutup tulisan ini, ada baiknya kita sama-sama menilik diri kita masing-masing. Seberapa banyak waktu, daya, dan upaya kita korbankan di jalan Allah? Sebesar apa usaha yang kita tempuh untuk meraih Surga Allah? Karena sungguh, saudariku, kita hidup di dunia hanya sekejap mata saja. Dan mau tak mau, kita akan kembali kepada-Nya, mempertanggungjawabkan amalan kita di dunia, kemudian hidup kekal di sana.

Ya Allah, ampuni dosa kami, dan bimbinglah kami ke jalan-Mu yang lurus. Jalan para Nabi, Syuhada, dan Shalihin. Aamiin.

Wa billahit taufiq, alhamdulillah...

Bersambung insya Allah...
____________________
Note:
#SSB: Serba-serbi Berhijab, bukan Sekolah SepakBola, hehe. Insya Allah saya akan menulis beberapa artikel sambungannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Auratmu, Bukan Hatimu #SSB*"

Post a Comment