Hutang pada Si Kecil

Bismillahirrahmanirrahim... 

Di usianya yang ke-19 bulan ini, -terlepas dari apakah ia akan segera menjadi kakak atau tidak-, Jihan sudah mulai bisa meng-ekspresikan perasaannya. Sedih, marah, geram, senang, sayang, takut, semuanya sudah bisa tergambar jelas dari sikapnya. Intinya satu, minta lebih banyak diperhatikan.

Terkadang Jihan bersandar pada kaki saya dan memeluknya -padahal Mamanya sedang sibuk mondar-mandir di depan kompor-. Kadang ia membuat lelucon, membuat tawanya terdengar menggemaskan, memeluk, mencium, atau sengaja mengacaukan pekerjaan saya dengan wajah polos tanpa dosa. 

Sayangnya, sesekali saya meresponnya dengan tanggapan yang kurang baik; cuek seperti tak ada apapun yang terjadi, kadang ikut tertawa kemudian sibuk lagi, atau bahkan  saya malah memperingatkannya untuk berhenti 'berulah' karena Mama sedang sangat sibuk.

Di situlah saya menyadari sebab musabab tantrumnya; ia hanya ingin orangtuanya selalu ada untuk bermain dengannya seharian, selama-lamanya.

Tapi apalah daya, semua ibu rumah tangga pasti merasakan saat dilema; tugas menumpuk, waktu sempit, dan semua musti kelar sebelum deadline tiba. Mau tak mau, kita akhirnya mengorbankan anak untuk bermain sendirian tanpa didampingi.  

Pernahkah kita meminta maaf pada si kecil? Pernahkah kita berniat untuk membayar 'hutang' padanya setelah mengacuhkannya sepanjang hari?

Bunda, Ibu, Mama, Ummi, pandanglah wajah si kecil ketika ia tertidur pulas di malam hari. Ingat kembali apakah kita telah memberikannya kebahagiaan sebelum tidur? Atau malah kita menghadiahkannya mimpi-mimpi buruk semalaman?

Minta maaflah padanya,
"Maafkan Mama, sayang, hari ini Mama sangat sibuk, insya Allah besok kita bisa main lebih lama."
"Maafkan Mama, nak, karena hari ini kamu harus main sendiri. Ayo sini Mama gendong."

Anak adalah satu dari sedikit orang yang begitu berjasa bagi kita. Ia mengusir sepi, menghilangkan gundah, menentramkan hati hanya dengan hadir di samping kita. 

Maka marilah mensyukuri kehadirannya, legowo dengan bising suara tangis dan tawa, berlapang dada dengan keruwetan rumah yang tak kunjung rapi, kesibukan yang tak juga usai, juga kelelahan yang kerap menyapa. 

Waktumu tak lama, ia segera dewasa dan mandiri, mengurus semua kebutuhannya tanpa dibantu. Mungkinkah kelak kita merindukan masa-masa ini?

#selfreminder 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hutang pada Si Kecil"

Post a Comment