Kapan Mengajarkan Anak Al-Qur'an



[Ini hanya sebuah opini]

Ketika saya sempat bertekad untuk mengajarkan anak huruf hijaiyyah sejak dini, dan berkoar-koar mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama, ada beberapa teguran yang masuk. Diantranya takut anak setres, karena masa anak-anak adalah untuk bermain. Ada juga yang terlarut dengan teori calistung hendaknya diajarkan di umur sekian-sekian, dll.


Bagi saya pribadi, sebenernya teguran itu kurang logis. Bukankah dulu para sahabat, seperti Ibnu Abbas hafal al-Qur'an dalam usia muda? Para ulama, seperti Imam Syafi'i juga sejak kecil dekat dengan al-Qur'an. Dan kebetulan juga kemarin saya mendengar kajian Fiqhul Usrah oleh Ustadz Khalid Syamhudi, bahwa para ulama terbiasa mengajarkan al-Qur'an pada anaknya sejak balita. 
So, apakah mungkin mereka menghafal al-Qur'an sepenuhnya tanpa bisa membacanya? 


Saya pernah membaca buku PGTK milik seorang teman, tertulis bahwa tidak efektif mangajarkan huruf hijaiyyah dan abjad dalam satu waktu, karena dapat menimbulkan kerancuan yang membuat mereka menulis secara terbalik (kebetulan saya pribadi pernah melihat kasus anak menulis namanya dari sebelah kanan). 
Padahal, anak usia TK biasanya sudah mulai diperkenalkan huruf abjad. Apakah artinya kita harus menunggu ia lulus mengeja huruf abjad baru kita ajarkan al-Qur'an? Tidak!

Dari buku ustadzah saya, Ustadzah Sarmini hafidzahallah -yang ketiga putrinya bisa menghatamkan al-Qur'an di usia balita-, saya belajar bahwa mengajarkan balita al-Qur'an memiliki trik-trik khusus, diantaranya:

1. Mengajarkan huruf beserta harakatnya. Bukan mengeja seperti jaman kita dulu, alif fathah A, dst. 
Anak-anak akan mengenal huruf berharakat tersebut sebagai gambar, bukan huruf (yang musti dieja). Ajaibnya anak-anak, mereka mengenal dan mengingat gambar dengan sangat baik, masya Allah. 

2. Mengajarkan huruf yang bisa diucapkan dahulu. 
Balita tentu masih keberatan dipaksa mengucapkan huruf ث atau ح. Padahal itu berada di urutan awal tartib alif-bai (a, ba, ta, dst). Maka dari itu, metode pengajarannya dirubah dengan mengenalkan huruf yang mudah terlebih dahulu. 
Toh, seperti ditulis oleh Ustadzah, tak ada ketentuan musti mengajarkan huruf secara acak atau urut. Simple.

3. Mengajarkan dengan cara yang fun. Di  season pengenalan huruf ini, anak tidak diharuskan duduk rapi seperti tentara. Hanya saja, ketika nanti sudah mulai mengenal al-Qur'an, orangtua harus mengajarkan adab-adab membaca al-Qur'an.

Di point ini, kita juga harus mengerti minat anak. Seperti Jihan (21 bulan) misalnya, kurang fokus melihat tempelan huruf di tembok, sehingga lama ngehnya. Tampaknya ia lebih beminat melihat dalam bentuk buku. 
Makanya saya sedang mendesain buku yang 'aman' untuk Jihan, agar awet dan tidak mudah robek. Kalau anda punya saran, mohon dibagi di kolom komentar. Hehe. 

Wallahu a'lam, itulah diantara point-point penting tentang cara mengajarkan anak al-Qur'an. 

Bagi yang ingin mempelajari secara rinci, silahkan membaca buku "Alhamdulillah, Akhirnya Balitaku Khatam Al-Qur'an" karya DR. Sarmini Lc, MA. 



Semoga kita bisa menjadi orang pertama yang mengajarkan anak kita kalam Allah, karena ini adalah sebuah amal jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir hingga kita terkubur dalam kegelapan tanah. MJ

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kapan Mengajarkan Anak Al-Qur'an"

Post a Comment