Kisah Penuh Hikmah

Ruang Ayyub 101 dihuni olehku dan satu ibu lain. Bayinya baru lahir tiga hari lalu, melalui operasi secar. Si ibu ditemani oleh ibunya (neneknya bayi). Berdua saja. 

Sementara aku sudah di sini dua malam. Persiapan kelahiran, menunggu suamiku datang dari Bogor sambil memperbaiki jumlah HBku dengan transfusi. Besok, aku akan menjalani operasi secar di rumah sakit ini. 

Suamiku sudah hadir, dan besok insya Allah anakku lahir. Aku bisa tidur nyenyak meskipun sedikit gugup. 

Tengah malam, suara tangis bayi sebelah membangunkanku. Sesaat setelahnya, datang seorang perawat tergopoh. Mm, tampaknya si nenek bayi menekan tombol bel ke ruangan perawat. 

"Ada apa bu?", tanya perawat
"Ini mbak, tolong popok cucu saya diganti. Sudah penuh", jawab nenek. 
"Oh, baik bu. Popoknya di mana? Habis ya? Sebentar saya ambilkan dulu yaa", kata perawat sambil berlalu pergi. 

Agak lama perawat itu pergi. Karena sepertinya stok popok di ruang perawat juga habis, jadi ia perlu membelinya di apotik RS. Sementara itu, si bayi sudah terdiam menyusu pada ibunya. 

"Ini bu popoknya, ada yang perlu saya bantu lagi?", kata perawat itu. 
"Tolong digantikan ya mbak, kasihan anak saya lelah menyusui bayinya", jawab si nenek.

Si perawat meng-iyakan. Dari suaranya, sepertinya ia agak tergesa-gesa. Mungkin lelah, mungkin ada pasien lain yang membutuhkan, mungkin ia heran mengapa pasien harus repot mengundangnya hanya untuk mengganti popok, mungkin, mungkin, mungkin... 

Hingga... 
"Sudah cukup! Pergi saja mbak kalau tidak ikhlas menggantikan popok cucu saya. Saya cari perawat lain saja", si nenek sepertinya terganggu dengan tingkah perawat. 
Akhirnya, setelah diomeli, perawat itu meminta maaf dan meninggalkan ruangan dengan canggung. 

"Sudahlah Ma, aku bisa ngganti popok bayi kok", akhirnya suara si ibu terdengar. 
"Ya nggak gitu nak. Mama tahu kamu bisa. Anak kamu kan sudah dua. Tapi kan ini fasilitas. Kita di sini membayar mereka. Apa salah kalau kita minta tolong? Kamu sedang sakit, kamu lelah begadang. Bla bla bla", si nenek panjang lebar mengungkap alasannya. Si ibu diam menyimak. Tak mau berdebat dengan wanita tua yang dipanggilnya 'Mama' itu. 

Si nenek memanggil perawat lain. Memintanya mengganti popok cucunya, disertai komplain tentang perilaku perawat sebelumnya yang -menurutnya- kurang menyenangkan, tidak profesional dan kasar.

Aku? Aku hanya bisa diam menyimak dari balik tirai. Perawat 'kasar' itu, maghrib tadi menjelaskan padaku ritual-ritual yang harus kujalani sebelum operasi.  Detil, rinci, meskipun caranya sedikit tegas dan terkesan menakut-nakuti. Tapi hal itu biasa bagiku. 

Aku tak menyalahkan si nenek yang meminta haknya, atau perawat yang sikapnya dingin. Karena pasti, ada alasan bagi masing-masing, di kedalaman hati tak dapat diselami. 

Hanya saja, aku teringat sebuah hadits Rasul; 
"Sayangilah yang di bumi, maka yang di langit pun akan menyayangi kalian". 

Kedepankan seribu satu husnudzan. (MJ)

Keterangan Foto: 
Kantong darah transfusi yang saya pakai. 060416

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Penuh Hikmah"

Post a Comment