Aliran Rasa Untuk Institut Ibu Profesional

Dulu saya tidak pernah menyangka akan menjadi seorang ibu. Setelah menikah, hamil, melahirkan... ternyata menjadi seorang ibu adalah karunia besar yang wajib disyukuri.

Memiliki dua balita, perempuan dan laki-laki, adalah tantangan yang tidak mudah bagi saya. Saya yang dulunya tidak mengerti cara mengurus tetek-bengek rumah termasuk mengurus anak, kini harus berusaha sebaik mungkin mengerjakan tugas dan menunaikan amanah yang saya emban. Saya musti memperhatikan tingkah anak-anak, mengobati luka saat terjatuh, begadang saat mereka sakit, menenangkan saat mereka ngambek, dan tentunya berusaha mendidik agar kelak menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Yang saya pelajari dari kehidupan adalah bahwa tugas utama seorang ibu adalah menjadi ibu. Bukan bertugas hamil dan melahirkan, namun juga membimbing 'aset berharga' ini hingga ke surga.

Saya sering membaca tulisan-tulisan inspiratif perempuan-perempuan hebat di luar sana. Tak hanya itu, menyimak banyak seminar parenting online juga dilakoni. Saya kerap berkonsultasi dan sharing ke teman-teman hebat yang saya miliki. Namun tetap saja, rasanya saya tidak bisa sesempurna itu untuk layak menjadi ibu bagi anak-anak saya.

Suatu hari dua tahun lalu, saya membaca buku terbitan Komunitas Institut Ibu Profesional; Bunda Sayang. Saya terkesima. Saya tersadar bahwa sepertinya apa yang saya lakukan selama ini masih belum maksimal. Saya butuh belajar secara intens, dibimbing, diberi tugas layaknya mahasiswi. Mungkin Institut Ibu Profesional bisa membantu saya.

Karena tidak tahu harus bertanya ke mana, saya mencari tahu melalui Facebook. Namun saat itu sangat sedikit info yang saya dapatkan mengenai IIP. Hingga lama kelamaan, hal itu terlupa. Saya kembali belajar melalui tulisan acak dan webinar tematik. Meskipun banyak bertanya pada narasumber, namun rasanya ada banyak perasaan yang tidak dapat terungkap. Saya masih tetap kehausan.

Akhirnya beberapa bulan yang lalu, saya melihat status WhatsApp dua orang teman saya, yang keduanya sedang belajar tahap matrikulasi di IIP, bahkan salah satunya sudah diwisuda. Dari situlah saya merasa harus kembali mengejar kesempatan untuk belajar di IIP. Kabarnya, untuk bisa masuk ke IIP, butuh perjuangan karena harus berlomba-lomba dengan ratusan calon peserta lainnya. Tapi saya tahu, ilmu itu memang harus dikejar dan diperjuangkan. Maka saya meminta kedua teman saya tadi untuk memberitahu bila mereka mendapat info pendaftaran mahasiswi baru batch selanjutnya.

Sebulan, dua bulan, tak ada kabar. Saya masih sering bertanya pada kedua kawan saya, tentang pendaftaran mahasiswi baru, namun nihil. Keduanya tak mendapat info apapun.

Hingga akhirnya suatu malam, saya asik scrolling instagram saya, dan mendapati pengumuman penerimaan mahasiswi baru IIP untuk tahap foundation. Saya segera mendaftar, mengisi form, dan berharap penuh semoga Allah mengizinkan saya bergabung, bila memang ini merupakan jalan terbaik yang harus saya tapaki. Allah Maha Bijak, saja diterima dan dapat mengenal perjalanan dan kegiatan IIP di tahap foundation. Meskipun masih tahap dasar, banyak sekali ilmu yang saya serap dari guru dan teman-teman saat sharing. Rasanya bahagia bisa sedekat ini dengan para ibu-ibu yang hebat. Masya Allah.

Setelah lolos ke tahap matrikulasi, saya berharap nantinya semakin banyak ilmu yang didapatkan, kian banyak teori yang dapat saya amalkan, dan berharap kelak saya benar-benar bisa menjadi ibu profesional bagi suami dan anak-anak saya. Aamiin. MJ


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aliran Rasa Untuk Institut Ibu Profesional"

Post a Comment