Ilmu Apa yang Ingin Saya Tekuni? - NHW1-IIP

Bismillahirrahmanirrahim. Tulisan ini saya buat sebagai jawaban untuk NHW (Nice Home Work) yang diberikan oleh Institut Ibu Profesional tahap Matrikulasi.

Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Karena dengan ilmu, seorang bisa membedakan hal yang benar dan salah. Belum lagi Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi para ahli ilmu. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama. Ilmu yang dapat menuntun kita ke jalan hidayah dan kebaikan.

Meskipun demikian, untuk menjadi umat yang terdepan dan kuat, Islam menganjurkan penganutnya untuk mempelajari ilmu duniawi, seperti mesin, kimia, ekonomi, administrasi, strategi perang, geografi, komputer, kedokteran, dan lainnya. 
Imam Syafi'i, seorang ulama fikih yang tersohor mengatakan:
“Saya tidak mengetahui sebuah ilmu -setelah ilmu halal dan haram- yang lebih berharga dari ilmu kedokteran, akan tetapi ahli kitab telah mengalahkan kita”
Beliau juga berkata,

“Janganlah sekali-kali engkau tinggal di suatu negeri yang tidak ada di sana ulama yang bisa memberikan fatwa dalam masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang memberitahukan mengenai keadaan (kesehatan) badanmu.” Sumber: muslimafiyah.com.

*****

Sebagai seorang ibu dan istri, saya ingin menambah wawasan saya mengenai parenting. Saya yang bercita-cita menjadi penulis juga sedang banyak melatih kemampuan bahasa. Selebihnya saya akan menekuni dan mempelajari fotografi sebagai hiburan.

Ilmu parenting sangat perlu, karena mendidik anak zaman now itu berbeda dengan zaman saya dahulu. Dahulu mungkin memukul, menyentil, mencubit anak merupakan hal yang amat biasa dilakukan. Namun belakangan ini mulai muncul teori-teori parenting yang sepertinya lebih sesuai dengan tipikal anak-anak saya yang terlahir sebagai generasi Z. Meskipun demikian, Rasulullah punya banyak tips-tips parenting yang tak lekang dimakan zaman. Semuanya termuat dalam hadis-hadis yang diriwayatkan para sahabat, bahwa beliau adalah seorang yang amat penyayang pada anak-anak, dan sebaik-baik manusia teladan.

Buku dan tulisan adalah suatu media dakwah yang sangat cocok untuk wanita introver seperti saya. Saya tidak perlu keluar rumah, menata penampilan, dan merasa demam panggung. Saat menulis, saya bisa mengungkapkan banyak hal, yang tak dapat  saya lakukan saat menatap mata orang lain. Dengan menulis, saya merasa bisa berbagi wawasan dan inspirasi pada banyak orang kendati jarak memisahkan kita.

Saya lupa sejak kapan saya menyukai foto. Mungkin karena keluarga besar saya sangat menyukai wisata alam. Kami biasa mengunjungi pantai, gunung, dan tempat yang menyediakan pemandangan indah dengan tiket terjangkau. Atau mungkin sejak saya sering mengoleksi gambar pemandangan cantik dari berbagai majalah dan agenda, untuk kemudian saya tempelkan di binder dan berlama-lama memandanginya. Saat sudah memiliki kamera HP, saya gemar menjepret semua yang saya lihat. Dan dari situlah saya memiliki keinginan untuk mendalami fotografi sebagai hiburan bila ada waktu luang.
“Sebuah foto adalah suara tanpa bunyi dan kadang perang tanpa pertumpahan darah.” – Galih Sedayu.

*****

Menuntut ilmu adalah ibadah mulia yang tak akan berarti tanpa niat yang ikhlas. penting bagi semua penuntut ilmu untuk meluruskan niat lillahi ta'ala. Bukan untuk gelar, jabatan, atau kesenangan duniawi lainnya. Kemudian, mencari ilmu adalah mengenai kesungguhan. Tak ada ilmu yang datang dengan sendirinya, ilmu harus didatangi. Ini yang saya ingat dari perkataan ulama terdahulu. Bila sudah mencintai suatu cabang ilmu dan berniat mendalaminya, saya rasa siapapun harus siap melawan segala godaan termasuk rasa malas yang datang.

*****

Sejak SMP, SMA, kuliah, hingga kini, alhamdulillah saya masih terus mempelajari ilmu ke-Islam-an. Perubahan yang saya dapati darinya adalah menyadari bahwa ilmu itu luas, tak ada habisnya. Bahkan bila sudah menjadi profesor, menulis ribuan buku, memiliki jutaan murid, tetap saja masih ada banyak ilmu yang harus dipelajari. Demikian seharusnya penuntut ilmu -agama atau bukan-, bahwa makin banyak ilmu yang ia dapatkan, menjadikannya makin merunduk. Makin tawadhu, bahwa yang dimiliki belum ada apa-apanya dibanding semesta luas, melihat ke bawah bahwa di sana banyak yang membutuhkan ilmu yang kita kuasai, kemudian berbagi menfaat untuk banyak orang.

Wallahu ta'ala a'lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ilmu Apa yang Ingin Saya Tekuni? - NHW1-IIP"

Post a Comment