Antara Mapan dan Siap Nikah

Lampu-lampu jalanan di kota Semarang mendadak menjadi semakin memukau setelah pembicaraan yang terjadi antara aku dan bulek-ku. Malam awal April 2013, di dalam sebuah mobil yang mengantarku menuju stasiun, aku dan bulek terlibat pembicaraan ringan mengenai acara lamaranku beberapa hari lalu, yang -alhamdulillah- lancar. Bulek bertanya, "Emang calonnya Mbak Nitta itu kerja dimana?". "Mm, belum kerja sih, bulek, sekarang masih kuliah, tengah tahun nanti insya Allah lulus, dan dia udah berencana jadi pengajar di sebuah pesantren di Bogor", aku berkata sambil tersipu malu. Bukan hanya karena bahagia, namun aku takut dikomentari macam-macam, mengingat keluarga besarku bukanlah keluarga yang agamis. Mereka pasti akan bertanya-tanya seberapa yakin aku untuk menikah dengan seorang pria yang -saati ini- belum bekerja, bahkan belum tamat kuliah. Bulek tampaknya mengerti keresahanku, beliaupun tersenyum, "Ga papa mbak, gausah malu, dulu juga bulek sama si oom nikah da...