Ketika Tuhan Menciptakan Saya...

Bismillahirrahmanirrahim...

Beberapa hari yang lalu, saat sedang online di jejaring sosial Facebook, saya sempat terkejut dengan postingan seorang teman yang men-share sebuah kuis berjudul "Ketika Tuhan Menciptakan Saya".
Yang membuat saya terkejut adalah bahwa "Tuhan" dalam kuis tersebut digambarkan sebagai sosok lelaki tua berpakaian serba putih yang sedang menakar-nakar ramuan menggunakan sendok.

Awalnya saya cuek dan tidak peduli, toh hanya satu orang teman yang kurang kerjaan mengikuti kuis tersebut.  Namun saat akhirnya saya mengetahui bahwa kuis tersebut mendunia dan menjadi tenar di Indonesia, bahkan ratusan ribu orang telah menyebarkannya, hati ini menjadi miris dan bersedih. Pasalnya, orang-orang tahu bahwa kuis tersebut hanya lelucon, dan entah sadar ataupun tidak, mereka manjadikan Allah sebagai bahan gurauan!!! Naudzu billahi min dzalik.

Hukum iseng mengikuti kuis tersebut sudah jelas; HARAM. Bahkan sangat haram dilihat dari berbagai sisi Agama Islam. Saya sebagai hamba yang terbatas ilmunya hanya mampu menyebutkan beberapa alasan saja. Semoga sudah cukup untuk mencegah para pembaca dari kemungkaran.

Yang pertama dan yang paling utama: HARAM MENJADIKAN ALLAH, RASUL, DAN KITAB ALLAH SEBAGAI BAHAN GUYONAN.

Sungguh berbahaya bila tujuan bergurau dan tertawa justru menjerumuskan pelakunya ke dalam kekufuran.
Allah berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (QS. At-Taubah:65)

Ya, dahulu ada sekelompok manusia yang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam perang Tabuk. Di dalam suatu majelis mereka mengatakan,
“Kita tidak pernah melihat seperti para pembaca Al Qur’an kita ini yang paling dusta lisannya, paling buncit perutnya, paling penakut ketika bertemu musuh”,
Yang mereka maksudkan dengan ucapan mereka itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Ketika ayat tersebut diturunkan dan telah sampai kabar tersebut ke telinga Rasulullah, datanglah kaum tersebut kepada Rasulullah untuk meminta maaf. Sampai salah seorang dari mereka dan bergelantung di tali pelana yang Rasulullah tunggangi sembari memohon,
“Wahai Rasulullah sesungguhnya kami hanya berbincang-bincang untuk menghilangkan rasa penat dalam perjalanan, kami tidak memaksudkan untuk memperolok-olok, kami hanya bersenda gurau,”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menoleh sedikit pun kepadanya dan beliau hanya membacakan ayat tadi. "Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?'"

Asy Syaikh DR. Shalih Al Fauzan, ulama besar Saudi Arabia dalam Kitab beliau Syarah Nawaqidil Islam “Penjelasan tentang Pembatal-pembatal Keislaman” menjelaskan,
“Ini merupakan dalil bahwa barangsiapa mencela Allah, Rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya atau sedikit saja dari Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka dia telah murtad dari Islam walaupun hanya bersenda gurau.” [hal. 26]


Kedua: HARAM MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK.

Firman Allah:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

Ibnu Hammad Al-Khaza’i, seorang Syaikh Al-Bukhara berkata, “Barangsiapa yang menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, maka dia telah kafir. Dan barangsiapa menolak sifat yang dengan sifat tersebut Allah menyifati diri-Nya, maka dia telah kafir pula dan tidak ada sesuatu yang menyamai sifat Allah.”

Jelas kan, dalam kuis tersebut bahkan Allah digambarkan sebagai orang tua berjanggut tebal. Hati-hatilah, kawan, bertaubatlah!!!


Ketiga: HADITS LARANGAN MENGGAMBAR MAKHLUK BERNYAWA

"Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar2 ini akan di azab pada hari kiamat, dikatakan pada mereka, 'Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan.'" (HR.Bukhari:5495)

"Barang siapa menggambar suatu gambar, dia akan diazab dan dibebani untuk meniupkan roh ke dalam (gambar itu) sedangkan dia tidak mampu." (HR.Bukhari:6520)

"Para malaikat tidak akan masuk rumah yang ada anjing dan gambar-gambar." (HR.Bukhari:5493)

Ibnu Abbas Radiallahu'anhuma berkata, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa membuat suatu gambar, maka Allah akan mengazabnya sampai dia meniupkan roh pada gambar itu, padahal dia tidak mampu selama-lamanya, lalu orang tersebut menjadi sangan goncang, dan wajahnya pucat." Lalu Nabi bersabda: "Celakalah engkau, jika engkau enggan untuk (meninggalkan) perbuatanmu, maka gambarlah pohon
atau apa pun yang lain yang tidak ada rohnya." (HR.Muslim:2073)


Keempat: UNTUK APA BANYAK TERTAWA??

Rasulullah bersabda:

لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati." (HR. Ibnu Majah 4193. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah 506)

Seorang Muslim yang berakal tentu lebih memilih untuk banyak menangis di dunia daripada tertawa, karena sungguh, bila kita mengetahui apa yang akan kita alami di Hari Hisab nanti, kita akan merasa takut dan enggan tertawa. Sabda Rasulullah:

“Andai kalian tahu apa yang aku tahu, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Teman, semoga apa yang saya sampaikan di sini cukup membuat kita mengoreksi diri masing-masing. Mungkin tanpa sadar, gurauan dan keisengan kita telah melampaui batas halal, dan melanggar koridor syariat.

Hakikatnya, hidup di dunia bukan sekedar untuk tertawa dan bersenda gurau. Allah menciptakan kita dengan sebuah tujuan yang agung, yaitu agar kita beribadah kepada-Nya dan menabung bekal untuk kehidupan kita yang abadi kelak.


Akhir kata, nastaghfirullaha li wa lakum, wa billahit taufiq, wal hamdu lillah...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Tuhan Menciptakan Saya..."

Post a Comment