Hmm, gerah

#opini #nodebat

Hmm, gerah. 

Saya pernah pergi ke suatu daerah yang 'gerah'. Ramadhan, warung2 buka, tukang parkir, supir angkot, sebagian orang makan minum di jalanan. Seandainya penegak hukum bisa melakukan 'tebang pilih', mestinya yang kayak gitu ditindak. 

Bukan masalah cari rezekinya, warung2 di waktu ifthar dan sahur masih bisa rame sebenernya. Malah bisa lebih rame dari biasanya. #think #mikirrrrr

Tapi, si pemilik warung bisa ga membantu memuliakan bulan ramadhan, dengan tidak memfasilitasi orang bermaksiat? Meninggalkan puasa wajib kan namanya maksiat tho?

Pemda memerintahkan warung ditutup, mungkin mereka hanya berusaha meminimalisir maksiat. Warung yang ditutup itu, apakah Anda yakin semua yang makan di dalamnya punya udzur syar'i? 

Solosinyaaa: Masyarakat seharusnya di-edukasi, bagaimana turut menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Bisakah mereka 'meng-interogasi' dan menyaring calon pelanggannya? Ribet? Repot? Kelamaan? 

Berkah bukan cuma berbentuk duit duit duit duit duit. 

Ketika amar ma'ruf nahi mungkar hilang dari kehidupan kaum muslimin, bagaimana kita bisa berbangga dengan julukan 'khairu ummatin ukhrijat linnaas'?!

Seandainya saya bisa me-mention mas fulan, penulis tenar yang mengatakan bahwa pemda tidak adil dengan aturannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hmm, gerah"

Post a Comment