Kenapa Ayah Harus Belajar Parenting?

Bismillahi was shalatu was salaamu 'alaa rasulillah 

Rasulullah bersabda: "Ketika anak Adam mati, terputuslah semua amalannya, kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang medoakannya". 

Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran, betapa menjadi ayah dan ibu merupakan suatu kemuliaan besar. 

Saat kita sadar tak punya harta untuk bersedekah, atau miskin ilmu untuk dibagi, masih ada suatu amalan yang dapat mengalirkan banyak pahala ke dalam kubur kita; doa anak shalih. 

Saya, sebagai seorang Full Time Mom, selalu berusaha membagi wawasan baru tentang parenting pada suami. Zaman sudah berkembang, cukup melakukan copy-paste, semua artikel bermanfaat yang saya baca bisa berpindah ke ponselnya. 

Saya meyakini bahwa para ayah butuh mempelajari ilmu parenting. Karena kata 'parent' atau 'orang tua' mencakup ibu dan ayah sekaligus, bukan?

Kalau ditanya, kenapa sih ayah butuh belajar mendidik anak? Jawabannya akan sedikit panjang sebagaimana pemaparan saya berikut. 

1. Karena anak butuh ayah dan ibu. 
Sebagaimana membutuhkan kelembutan dan cerewetnya seorang ibu, anak juga membutuhkan ketegasan dan dewasanya sikap ayah. Saat keduanya sinkron mengambil sikap, maka harapannya anak-anak bisa juga mengkondisikan sikap dengan timing yang tepat. 

2. Ada dalam al-Qur'an. 
Anda kenal Lukman Al-Hakim? Beliau adalah sosok ayah bijak yang diceritakan dalam al-Quran. 
Melihat metode beliau menasehati anaknya, membuat kita paham, bahwa pendidikan tak semata dibebankan kepada ibu. 



3. Ayah dibutuhkan saat ibu ada udzur. 
Saat ibu sakit atau ada urusan di luar kota misalnya, dan ayah diharuskan untuk mengambil alih pekerjaan ibu sebagai pendidik (sementara atau selamanya), ayah tak lagi canggung dan gugup mencari tahu apa yang harus ia lakukan. 
Karena semua ilmu sudah ada di kepalanya, meskipun tidak semuanya pernah ia praktekkan. 

4. Sharing Pahala. 
Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa anak shalih adalah amal jariyah yang tidak terputus setelah kematian. 
Maka dari itu, hendaknya ayah dan ibu sama-sama mencetak anak shalih-nya, agar pahala mengalir kepada keduanya. 
Ibu bertugas mengajarkan hafalan al-Qur'an, ayah mengajarkan doa keseharian, misalnya. Fleksible tergantung kesempatan dan kemudahan masing-masing. 

5. Maut, tak tahu kapan ia datang. 
Saat Allah menakdirkan seorang ibu wafat meninggalkan anak yang masih kecil. Sementara ayah mengerti bagaimana harus mendidik dan mengajarkan anak untuk mendoakan ibunya, semuanya akan serasa lebih ringan. 
Si ayah bisa menenangkan diri, karena pendidikan anak sudah ia kuasai. Anak sudah mengerti caranya berbakti dengan menirum doa.
Saat tibanya ibu pengganti, ia hanya perlu mengoper tongkat estafet sekalian ilmunya. Efeknya, profesionalisme si ibu baru meningkat. 

Wallahu a'lam bish shawab. Ini sesungguhnya nasehat motivasi bagi saya pribadi dan suami. 

Di atas itu semua, ayah-ibu adalah partner in life. Saling membantu dan bekerja sama. Ayah mungkin sudah lelah dengan aktivitasnya, demikian juga ibu. 
Hendaknya keduanya berpegang tangan, saling mendoakan dan melengkapi. 
Karena kebahagiaan tak melulu didapat dari materi dan jabatan tinggi. 
Kebahagiaan terindah adalah saat anakmu berbakti, kemudian mendoakanmu saat kau mati, hingga sama kembali ke surga nanti. 

Ayo belajar parenting! (MJ)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kenapa Ayah Harus Belajar Parenting?"

Post a Comment