Nikmat Waktu Luang dan Kesehatan
"Tidak ada yang mencelaku lebih keras daripada diriku sendiri,
Sebagaimana tidak ada yang mampu mencukupi kemiskinanku selain apa yang ada di genggaman tanganku."
Tabiat jiwa manusia memang cenderung mencari kemewahan dan kesenangan. Ini adalah hak bagi jiwa yang harus dipenuhi, namun tetap dalam batasan syariat. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Dan bagi dirimu ada hak yang harus kau tunaikan."
Kesehatan bukanlah sesuatu yang kekal. Suatu saat, rasa sakit pasti datang, baik karena usia yang semakin bertambah ataupun faktor lainnya, yang bisa menghalangi kita untuk beramal baik.
Di masa muda, seseorang merasa senang dengan kesehatan yang prima. Namun, lihatlah apa yang terjadi setelah masa itu berlalu. Ketika kesehatan dan kestabilan mulai runtuh, kita akan menyadari bahwa, tanpa kesehatan, kita tak mampu berbuat banyak, bahkan membutuhkan bantuan orang lain.
Kesehatan adalah nikmat yang memungkinkan kita untuk menyelesaikan kewajiban agama dan urusan dunia. Abu Bakar pernah berkata, “Mintalah kesehatan kepada Allah, karena sebaik-baik karunia Allah bagi seseorang adalah kesehatan.”
Jika seorang mukmin menyia-nyiakan waktu dan kesehatannya tanpa mengambil manfaat darinya, kelak ia akan menyesal dan merasa rugi.
Orang yang bijak adalah mereka yang bisa belajar dari kisah orang lain, bukan orang yang hanya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain.
Ingatlah, waktu luangmu tidak akan selamanya ada. Suatu saat, ia akan dirampas darimu.
Sebagaimana sabda Nabi, "Bersegeralah beramal baik, seperti engkau memotong malam yang gelap. Ada orang yang pagi harinya mukmin, namun sore harinya menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi sedikit kesenangan dunia."
Kesenangan duniawi akan terkikis seiring bertambahnya ilmu agama, mudzakarah, dan hafalan. Ketika kesenangan dunia menguasai hati, ingatan pun akan menjadi lemah.
Sebagian ulama, seperti Syarik bin Abdillah An-Nakha’i, mengalami penurunan hafalan setelah menjabat sebagai hakim, karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Namun, ada juga yang ilmunya justru bertambah, karena setiap masalah yang ia hadapi selalu dibahas dengan landasan ilmu yang ia pelajari.
Sesungguhnya, waktu itu sangat berharga—lebih berharga daripada uang miliaran atau emas dan perak. Waktu yang telah berlalu tak akan kembali.
"Jadilah seseorang yang kakinya memijak tanah, namun cita-citanya berada di samping bintang-bintang."
Waktu adalah milik Allah, dan segala yang milik Allah tidak boleh digunakan kecuali dengan izin-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَـٰلَمِينَ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."
(Al-An‘ām [6]:162)
Maka jagalah waktumu, wahai Muslimah. Suburkan ia dengan kebaikan, karena waktu ibarat kepala yang menjadi penggerak bagi segalanya. Terutama sebelum engkau memiliki anak, karena waktu luangmu akan lebih banyak. Setelah memiliki anak, waktumu akan terbagi dengan berbagai kesibukan.
Waktu sangat berharga dan harus kau jaga, meskipun seringkali terasa begitu cepat berlalu.
Mintalah kepada Allah dan jangan pernah bosan, karena penyakit terbesar manusia adalah rasa bosan. Tidakkah engkau melihat, bagaimana tali yang digoreskan di atas batu keras pun, akhirnya meninggalkan bekas jua?
Komentar
Posting Komentar