Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Larangan Adalah Cinta

Gambar
Hari itu, anakku bertanya dengan serius, “Si Fulan dibolehkan sama orangtuanya, kenapa aku enggak, Mah?” Pertanyaan klasik yang keluar dari mulut hampir semua anakku. Tiga pribadi, tiga pertanyaan, namun inti jawabannya selalu sama.  Lagi-lagi aku harus kembali mengulang penjelasan. Tidak masalah, memang seperti inilah peran orang tua di hadapan anak: menjadi tempat bertanya, berkeluh kesah, dan mengungkap perasaan. Misalnya saja si sulung bertanya mengapa tidak dibolehkan menonton film horor. Atau si bungsu yang tidak terima dilarang menonton tayangan anomali. Si tengah juga bersuara mengenai waktu mabar yang kubatasi. Di satu masa, aku meragukan keputusanku membuat larangan. Aku bertanya pada diriku, apakah sudah benar? Padahal aku memutuskannya setelah belajar dan melakukan observasi. Kadang aku khawatir, bagaimana bila anak-anakku melanggar diam-diam? Apa sebaiknya kulonggarkan saja? Namun aku paham apa yang baik dan tidak untuk mereka. Kadang aku takut mereka jadi kurang baha...

Pelajaran Besar Dari Pengalaman Kecil

Gambar
Bertahun lalu, saya sangat menginginkan satu paket buku ensiklopedia bernilai jutaan rupiah. Harganya terasa begitu besar, tidak hanya saat itu, bahkan hingga sekarang. Bayangan bisa membolak-balik halaman tebal, memajangnya di rak, dan kelak akan dibaca juga oleh anak-anak saya, rasanya seperti memiliki barang mewah yang sangat membanggakan.  Suatu hari saya iseng menulis status di Facebook, berandai-andai: "Kalau punya uang tiga juta, jika dipakai beli HP, paling kesenangannya bertahan beberapa tahun saja. Namun jika dipakai untuk membeli buku, bisa awet puluhan tahun hingga anak-cucu." Tak disangka, seorang kenalan berkomentar: "Aku lebih milih beli HP, sih. Dipakai jualan, bisa dapat untung lalu baru beli buku." Saya agak tercengang saat itu, melihat orang lain yang pandangannya begitu berbeda, dan menyuarakannya di “rumah” saya. Namun saya tidak membantah. Ia tidak salah. Ia seorang pedagang online, yang mungkin saat itu prioritasnya adalah menghasilkan rupiah....

Cerita Balon, Hak, dan Akhlak Anak

Gambar
Di tengah hangatnya isu korupsi dan tonedeaf  para pejabat negeri ini, tentu orangtua sepertiku merasa sedikit khawatir akan masa depan anak-anakku kelak. Bagaimana mereka akan hidup di sebuah negara yang moral pejabatnya hancur? Apakah mereka bisa mempertahankan nilai Islami dan adab yang baik di tengah gempuran ketidakjujuran dan nir-akhlak yang menjamur di kalangan bangsaku? Apakah mereka bisa menahan diri dari godaan duniawi yang menipu?  Aku ingin membagikan sebuah kebiasaan yang aku tanamkan pada anak-anakku, untuk melatih mereka sejak dini, sebagai ikhtiar membekali mereka dengan akhlak karimah. Salah satunya adalah menghargai hak saudara/i kandung. Kendati lahir dari rahim yang sama dan tumbuh dalam rumah dan didikan yang sama, bagiku tiap anak memiliki hak dan privasi yang menjadi milik mereka. Barang yang dimiliki satu anak, entah itu pemberian dariku ataupun dibeli dari hasil tabungannya sendiri, tidak lantas otomatis menjadi hak milik saudaranya. Tiap anak kutegask...