Khadijah, Wanita yang Pertama Masuk Islam bag. 1

Aku tidak mengenal seorang perempuan pun, baik dari kalangan Arab maupun selainnya, yang memiliki ketajaman pandangan seperti Khadijah.

Ia adalah perempuan yang cantik dan kaya raya. Setelah suaminya meninggal, banyak tokoh terkemuka Makkah yang ingin menikahinya. Namun dengan kecerdasannya, Khadijah mampu menilai dan memilah siapa lelaki yang benar-benar pantas di hatinya. Ia tidak mencari kemuliaan nasab atau harta, melainkan mengharapkan sosok suami yang memiliki akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.

Lalu Allah mempertemukannya dengan Muhammad bin Abdullah, pemuda yatim, miskin harta namun kaya akan akhlak. Ia dikenal di kalangan Quraisy dengan sebutan Al-Amīn, yang terpercaya.

Suatu hari, Muhammad berangkat bersama kafilah dagang menuju negeri Syam. Ia dipercaya untuk membawa dan mengelola harta milik Khadijah. Bersamanya turut seorang budak Khadijah bernama Maisarah.

Selama perjalanan, Maisarah menyaksikan betapa mulia akhlak Muhammad, sesuatu yang belum pernah ia lihat pada laki-laki lain.

Ketika Muhammad kembali ke Makkah dengan membawa keuntungan berlipat dari perniagaan itu, Maisarah menceritakan kepada tuannya tentang segala kebaikan dan kejujuran Muhammad selama perjalanan.

Khadijah pun memandang Muhammad sebagai pemuda yang tampan, bercahaya, dan memiliki akhlak yang tidak tertandingi oleh siapa pun dari kaum Quraisy. Ia merasa tertarik dan yakin bahwa dialah sosok yang selama ini dicari. Maka Khadijah mengutus seseorang untuk menyampaikan lamaran kepadanya.

Khadijah mengenali dalam diri Muhammad kebaikan yang besar. Ia melihat masa depan yang cerah, amal yang luhur, dan peran besar yang akan dipimpinnya kelak. Maka ia ingin mendampingi pemuda Quraisy itu dalam setiap langkah hidupnya.

Setelah menikah, Khadijah mencurahkan seluruh kasih sayang, kelembutan, dan perhatian. Ia menyediakan bagi suaminya semua sebab kebahagiaan dan ketenangan. Dengan akhlaknya yang tinggi, ia mendukung Muhammad untuk menyendiri, beribadah, dan merenungkan ciptaan Allah.

Mereka hidup dalam kebahagiaan selama lima belas tahun, hingga akhirnya wahyu pertama turun kepada beliau.

Wahyu itu datang ketika Muhammad sedang berada di Gua Hira.

Beliau duduk termenung, memikirkan ciptaan Allah, merenungkan siapa Sang Pencipta alam semesta yang luas ini, dan kehidupan manusia yang penuh kesibukan.

Gua itu terletak jauh dari keramaian, di puncak gunung yang diselimuti ketenangan.

Tiba-tiba beliau mendengar suara:

“Bacalah…”

Beliau terkejut. Suara itu kembali terdengar, “Bacalah…”

Dengan suara rendah penuh ketakutan, beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Kemudian terdengarlah firman, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.”

Tubuh beliau gemetar hebat. Beliau segera meninggalkan gua, dengan perasaan cemas dan takut kalau-kalau telah terjadi sesuatu yang menimpanya. Setibanya di rumah, Khadijah menyambut dengan penuh kasih dan kelembutan.

Beliau berseru, “Selimuti aku! Selimuti aku!”

Khadijah pun menyelimutinya, memeluknya dalam dekap penuh cinta dan ketenangan.

Bersambung. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Kata-Kata Bahasa Arab Sedih dan Artinya [+Gambar]

Renungan Anak Santri

35 Quotes About Love dan Artinya