Perjalanan Panjang Bag. 3
Saat mengobrol dengan dr. S, beliau tampak menyetujui untuk membantuku melahirkan normal kali ini. Agak menarik karena saat aku hamil Romi di 2020 dulu, beliau tidak bersedia membantu VBAC2-ku saat itu. Namun karena alhamdulillah Romi berhasil lahir VBAC di Semarang, beliau merasa nggak ada salahnya untuk mencoba.
Beliau juga mengingatkanku untuk memperhatikan beberapa hal; menjaga pola makan, mengurangi gula dan karbohidrat berlebihan, memperbanyak protein dan serat, serta tetap beraktivitas aktif secukupnya.
Lucunya, saat beliau menjelaskan itu semua, aku sedang mengunyah permen karet ketigaku hari itu. Ingat kan, aku sedang dalam fase banyak meludah. Salah satu cara biar tetap nyaman dan bisa bicara normal saat di luar rumah adalah terus mengunyah permen karet. Rasanya cepat hilang karena air liurku berlimpah, tapi tetap kuunyah supaya tidak menambah konsumsi gula. Hasilnya, tiap pulang dari luar rumah aku hampir selalu kembung, berbeda kalau air liurnya aku ludahkan saja.
Setelah kontrol hari itu, aku dan suamiku akhirnya memantapkan hati untuk rutin periksa ke RS H saja. Selain cocok dengan cara dr. S menjelaskan perkembangan janin dengan detail, beliau juga terbuka mendukung persalinan normal untuk kasusku. Ditambah lagi, biaya kontrol bulanan dan biaya persalinan di RS H jauh lebih terjangkau dibandingkan RS P.
Di titik ini, aku merasa perlu mencatat sedikit tentang riwayat persalinanku dan apa itu VBAC, karena itu cukup menentukan arah pengambilan keputusan kami.
Secara medis, VBAC (Vaginal Birth After Cesarean) adalah proses melahirkan normal setelah sebelumnya melahirkan dengan operasi sesar. Tidak semua dokter bersedia membantu VBAC, setahuku, tentunya dengan kebijakan masing-masing. Namun faktor terpenting dari VBAC --setelah berdoa dan berserah pada Allah-- adalah menemukan seorang dokter yang mendukung VBAC, bukan lantas nekat melahirkan tanpa ditangani dokter. Mengingat risikonya yang cukup kompleks, tentunya keselamatan kita sebagai ibu dan bayi adalah hal yang paling utama.
Dalam beberapa kasus, VBAC dilakukan setelah dua kali operasi sesar, dan itu disebut VBAC2 (Vaginal Birth After Two Cesareans).
Beberapa publikasi kebidanan menyebut VBAC2 masih mungkin dilakukan bila kondisi ibu dan janin baik, jenis sayatan sesar sebelumnya horizontal rendah, jarak antarkehamilan aman, dan tidak ada komplikasi yang membuat persalinan normal terlalu berisiko. Peluang keberhasilan meningkat bila ibu pernah melahirkan normal sebelumnya, karena tubuhnya dianggap sudah pernah membuka jalan.
Riwayatku sendiri seperti ini:
Jihan sesar (2014), Umar sesar (2016), Keguguran (2019), Romi VBAC2 (2020)
Sebetulnya aku kurang paham, apakah persalinanku kali ini masih termasuk VBAC atau tidak. Tapi yang jelas, aku menilai dr.S menganggap peluang persalinan normal itu ada. Dan itu saja sudah cukup membuatku lebih ringan, lebih optimis, lebih siap menghadapi beberapa minggu terakhir kehamilan ini.
Komentar
Posting Komentar